Novel fanfiction tentang zombie-Unicverse
Chapter 1- Dimana Semua Berawal
Senin 22 April
2014,
Hari itu setelah menyelesaikan kegiatan ku di lab
mikrobiologi, aku berniat pulang. kala itu hampir jam 16.15 sudah lumayan sore,
karena langit sudah terlihat mendung aku bergegas mengemasi barang-barang ku di
lemari.
"yong, balik yu ? edan lemes siah gua bungkusin
petri" ucap yoga,
"iya
slow, tapi ini si poltak kumaha ? dia katanya mau balik bareng gua cenah "
jawabku. Kebiasaan pulang bersama poltak ini dimulai sejak kelas 10 karena
rumahnya cukup dekat dengan rumahku.
"
bego lah poltak ngelamain udah tinggalin aja" oceh rafid
beberapa
saat kemudian akhirnya keluar lah si poltak, sambil bawa-bawa cawan petri.
sepertinya dia sedang bertugas piket hari ini.
"anjir
lah disuruh nyuci petri gua ama pak agus, bantuin gua su." teriak si
poltak kepada kami
"ah
lama lagi, orang medan kok ngomong asu? Ketularan pak Agus lu? Kata gua ge
beres piket langsung balik. kalau lama ntar disuruh-suruh lagi" jawab ku
"ah
lama anjir udah cabut aja tak! hahaha" sahut yoga
Tiba-tiba
dari dalam pintu, terlihat seorang bertubuh kurus dengan badan berwarna seperti
gula jawa yang wajahnya yg asli jawa yg kami kenal. Dia pak agus salah satu
guru pengawas di lab mikro ini. dengan tatapan mata yang tajam bak elang dia
menatap kami.
"
tubagus ko pekerjaannya ga diselesaiken! selesakan dulu sana. kalian juga
bukannya pulang jangan mengganggu yang sedang piket" tegur pak agus dengan
logat jawanya yang khas, yg kemudian masuk ke kamar mandi di depan pintu lab
mikrobiologi tersebut.
"
eta kunaon pak agus" celetuk yoga
"
ah bodo lah mungkin dia sakit perut kali, gua mau jemput si ratu dulu. balik
gua rot" lalu si rafid pun pulang duluan meninggalkan kami.
"udh
yong lu balik aja, gua naek angkot aja ntar. beli bahan busaknya besok aja
dah" kata poltak
"
yaudah gua duluan tak, hati-hati lu ama pak agus ntar di suntik dari belakang
lu hahaha" jawab ku
"
mane ntik..?" sahut poltak
Setelah itu aku pulang bersama yoga, sepertinya hujan sudah
mulai turun . aku memutuskan untuk berteduh di mesjid sekalian solat
ashar. Karena yoga nonis jadi kami
berpisah disini, selesai solat bergegas aku memakai sepatu kembali. Di luar
ternyata masih turun hujan yang lumayan deras perasaanku tidak enak terhadap
sahabatku si poltak. Ku nyalakan lagi hp ditangan ku. Tak lama setelah itu
tiba-tiba hp bergetar, ternyata ada sms masuk. Alih alih kubaca ternyata dari
yoga
"
yong ke poli klinik buru si poltak pingsan !"
membaca
sms itu aku langsung berlari-lari sekuat tenaga berangkat menyusul yoga. Begitu
tiba di poli klinik ku lihat dari pintu ada yoga bersama seorang wanita
bertubuh ramping dengan wajah yang menatap serius kepada yoga. nampaknya dia
adalah dokter jaga di poli klinik, karena penasaran aku pun mengetuk pintu poli
klinik lalu masuk ke dalam.
"assalamualaikum,
permisi bu saya mau jenguk teman saya" ucap ku
"iya
masuk saja, temen kamu masih pingsan badannya lemah sekali. kalian punya no hp
keluarganya ? lebih baik kita beritahu saja agar keluarganya tidak
kawatir" kata dokter penjaga
aku
ingat poltak pernah ngesms menggunakan no adik nya, untung saja no hp nya masih
ada. lalu ku suruh yoga untuk menelepon ke no yang aku berikan, benar saja yang
angkat telpon adalah adiknya poltak. Hp kemudian yoga berikan ke dokter jaga,
agar adik poltak percaya kalau ini benar-benar serius. Setelah menceritakan apa
yang terjadi, dokter mengakhiri
panggilannya.
"sudah
saya ceritakan semua, dan ayahnya akan menjemput sebentar lagi. kalian pulang
saja biar saya yang jaga disini " Kata ibu dokter serius.
Karena yoga mengajak ku pulang, akhirnya kami berdua pamit
ke ibu dokter tersebut.Hujan diluar sepertinya sudah reda, aku pun bergegas
pulang menggunakan kendaraanku.
23 Selasa
2014
Jam
06.45, Kelas 11 SMK-SMAKBO
Seperti biasa aku tiba dikelas tercintaku, langsung ku
hampiri kawan-kawan ku yang sedang berbincang di barisan belakang. rupanya yoga
telah menceritakan apa yang terjadi kemarin, aku hanya mendengarkan saja. Tidak
terlihat Jabbar dan Rafid, mungkin mereka sedang jajan ke kantin.
"si
poltak belum datang ? kemaren pingsan lu doi" tanya ku kepada mereka
"sakit
mereun yong, ngeri kemaren mukanya pucet gitu kaya jombi." jawab yoga
Memang benar kulihat kemarin wajah poltak sangat pucat
sekali, tapi ketika kami sedang asyik berbincang soal kejadian kemarin
tiba-tiba muncul si Poltak dengan kepala botak kesayangannya yg menyilaukan.
terlihat jalannyaa sedikit aneh, sempoyongan seperti orang yang linglung.
wajahnya pun terlihat pucat, seperti jombi. Dia tidak berkata apa-apa hanya
berlalu melewati kami lalu duduk di kursinya. duduk menutupi wajah di antara
siku tangannya seperti hendak tertidur.
"tak
lu kenapa tak? pingsan lain? gua kira lu mati tak hahaha" cetus deki kepadanya, tapi dia benar-benar diam tak
menjawab.
"asal
sia dek! Galau si poltak mah pengen ketemu bapaknya di medan, jangan galau atuh
tak hahaha" ucap ku mencoba menghibur dia, tapi sepertinya suara ku tak
didengar, dia masih dalam posisi tidurnya.
"tau
nih kalau kaya gitu lama-lama lu kaya tebe tuh kerjaannya galau mulu
hahaha" sambut adit dengan tawa dan rahangnya yang harus dioperasi karena
mempunyai penyakit jaw dislocated (dislokasi
rahang).
"anjir
gua lagi yang kena.." oceh tebe dengan wajah sinis nya
Ocehan
kami pun terhenti saat melihat seorang lelaki berbaju kemeja memasuki kelas
kami, dia guru pkn kami. Namanya pak Didi, tumben sekali dia datang on time
pada jam pertama padahal biasanya dia suka sedikit telat mengajar. Aku pun
bergegas menyiapkan buku ku. Begitu selesai berdoa, pak didi pun mulai
mengabsen kami satu per satu. sampai akhirnya sampai ke nama Tumangus Poltak Tumirangi
( nama asli poltak ), tetapi ku lihat poltak masih dalam posisi tidurnya.
sedikit aneh memang, yang lain sudah mulai cekikikan tertawa melihat poltak
yang tertidur.
"Tumangus
! " ucap pak didi mengabsen
"heh
bangun bolot !" ucap adit (masih dengan rahangnya yg tidak stabil) sambil
menepuk pundak poltak,
"mana
tumangus? belum datang?" ucap kembali pak didi sambil melihat ke arah kami
"tidur
paakk" sahut anis sambil menyender di tangannya cekikikan ngeliatin poltak
pak
didi pun beranjak dari tempat duduknya, dia berjalan menghampiri poltak. sambil
menepuk-nepuk pundaknya dia berusaha membangunkan poltak. Sontak yang lain pun
tertawa melihatnya, tapi aku menangkap sesuatu yang lain. Ku lihat tangan
poltak mulai gemetaran ini adalah sesuatu yang aneh. saat aku hendak
memberitahu ini ke yoga, pak didi terlihat menarik tangan poltak ke atas
sepertinya dia hendak melihat apakah poltak benar-benar tidur atau tidak. tapi
tiba-tiba poltak langsung terbangun dari tempat duduknya dengan muka yg seperti
ingin melahap pak Didi, semuanya terkaget melihat hal tersebut.
kulihat
dada Poltak terlihat naik turun, seperti orang sedang marah. mulutnya sedikit
terlihat menggeram dan mengeluarkan busa busa berwarna putih. Sempat terpikir
olehku apakah Poltak OD (Overdosis), tetapi dia bukan remaja yg memakai narkoba
jadi aku buang jauh-jauh pikiranku. Aku benar-benar kaget melihat ini, apa yang
terjadi pada nya? Tiba-tiba poltak melompat dan menggigit leher pak Didi,
sampai keduanya terjatuh ke lantai. Sontak cewe-cewe ketakutan dan berlarian
keluar kelas karena melihat darah bersimbah di lantai kelasku.
"arrghhhh..."
terdengar pak didi merintih sambil tangannya berusaha melepaskan gigitan dari
poltak. terlihat darah memancar dari pangkal lehernya, tetapi gigitan nya
terlihat semakin keras.
"
anjir bantuin gua!" teriak adit sambil berusaha menarik badan poltak,
mencoba melepaskan gigitannya ke pak didi. aku pun berusaha membantu, tetapi
gigitannya luar biasa kuat.
"awas!"
'bruaaak' Wiki memukul kepala poltak menggunakan kursi, sampai dia tersungkur
di lantai. badannya tidak takrgerak,sepertinya pukulan Wiki cukup keras sampai
membuat orang ini pingsan.
"oi
bantuin gua! gotong keluar!" teriakku kepada Jabbar dan Rafid yang berlari
masuk ke dalam kelas.
"Wik
panggil bantuan ! harus buru-buru dibawa ke rumah sakit ini !" teriak Jabbar
aku, Jabbar , Rafid, dan Adit buru-buru menarik badan pak
Didi keluar kelas, kulihat lehernya yang bersimbah darah. Jika terus begini dia
akan mati kehabisan darah pikirku, sambil waspada pandangan ku terus
memperhatikan poltak yang badannya mulai bergerak kembali. begitu keluar kelas,
Adit dan Wiki langsung menjaga pintu kelas agar poltak tidak keluar.
"astagfirulloh..
kenapa pak Sidi ! cepet kamu telepon rumah sakit sana ke ptsp !" teriak bu
tin dengan kagetnya dan dengan wajah pucat ketakutan kepada kami yang ketika itu
keluar dari kantor nya disebelah ruangan kelas kami.
Baru
saja aku ingin berlari ke ptsp, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari kelas
11-3 yang kelasnya bersebelahan dengan kelas kami. jangan-jangan poltak masuk
ke kelas itu melalui pintu yang berada dibelakang antara kelas 11-4 dan 11-3.
'bruakk' terlihat kerumunan anak-anak 11-3 berlarian keluar.
Dari
lab mikrobiologi ku lihat yang sedang praktik berhamburan, letak lab yang
memang bersebelahan dengan kelas ku sehingga aku bisa melihat ini dengan jelas.
Dari arah pintu lab ku lihat temanku Garry melambaikan tangannya kepada kami
lalu berteriak.
"buruan
kita ke luar ! lab mikro udh gua kasih tau tentang ini !" teriak Garry
Ini
berbahaya..ini bukan main-main, aku pun langsung mengajak Jabbar, Rafid, Adit,
dan Wiki pergi dari sini. aku harus menyelamatkan diri !
Keadaan
benar-benar kacau, semua orang panik berlarian tak menentu. sepertinya mereka
hanya berfikir untuk menyelamatkan diri sendiri. tiba-tiba Rafid malah berbalik
arah dan berlari ke koridor yang berlawanan arah.
"fid
! jangan kesana tolol ! bahaya !" teriak ku sambil berlari menyusulnya
"gua
harus nyelamatin ratu!" teriaknya
"
sial! bar lu duluan aja! cepet keluar tar
gua nyusul" ucap ku kepada Jabbar
Akhirnya
aku pun berlari mengejar rafid, menyusuri koridor depan kelas. pas melewati
kelas 11-4 aku benar-benar shock, badan pak didi yang tadi kami tinggalkan di
depan kelas tiba-tiba hilang. ini aneh..pikir ku karena harusnya sudah tewas
karena kehabisan darah, darah berceceran dikelas 11-3 aku tak mau melihat lebih
dekat. tak mau pusing aku coba buang fikiran negatif ku. aku benar-benar fokus,
waspada melihat kedepan. Jantung ku benar-benar terasa berdegup kencang menekan
dada.
Akhirnya
kami pun sampai di kelas ratu, kelas 11-2 yang berada di ujung lorong di lantai
2 ini. tanpa fikir panjang rafid langsung membuka pintu kelas nya,
"ratu
!" teriak rafid sambil bergerak masuk ke dalam ruang kelas,
aku
hanya berdiri menunggu di depan pintu. sambil melihat-lihat keadaan di luar,
keadaan kelas 11-2 benar-benar kosong. tiba-tiba terdengar suara dari speaker
sekolah
"Berita
buruk! Saya ulangi berita buruk! semua cepat keluar ! kosongkan wilayah
lapangan dan sekitarnya !"
Sepertinya
itu suara jabbar mengumumkan keadaan melalui speaker sekolah, aku pun
cepat-cepat mengajak rafid untuk pergi dari sini.
"fid!
udah kita pergi, mungkin cewe lu udah lari keluar. ayo buru !" teriak ku
kepadanya
wajah
rafid sedikit terlihat kesal, aku tak menghiraukan itu. saat aku membuka pintu
terlihat gerombolan orang-orang yang berlumuran darah, berjalan perlahan ke
arah kami. sepertinya mereka adalah anak-anak 11-3 yang telah di cabik-cabik
dagingnya, mata mereka merah, tubuh mereka terlihat kaku seperti orang sedang
kejang. aku berusaha untuk tenang, rafid kemudian membuka pintu dengan perlahan
dan berjalan kesamping kelas. aku mengikuti sambil terus memperhatikan
gerombolan makhluk aneh itu, kami mengikuti tembok kelas berjalan menuju tangga
darurat yang berada di ujung koridor lantai 2.
ketika
aku sedang berjalan mundur tak sengaja aku menginjak spidol lalu terpeleset.'bruuk'
bunyi jatuhku yang lumayan kencang ini membuat makhlukk-makhluk itu menoleh
kearah kami. Dengan cepat mereka berlarian seperti hewan buas yang melihat
mangsanya.
"cepet
bangun rot! " rafid pun menarik bagian belakang baju ku,
aku pun
cepat-cepat berlari mengikuti rafid, kami berdua berlari menyusuri tangga
darurat. jantung ku benar-benar serasa mau copot, dari belakang makhluk-makhluk
pemakan daging itu terus berlari mengejar kami. Kami terus berlari, melewati
lapangan dan akhirnya kami sampai di gerbang benteng takeshi. saat kami sampai
gerbang sudah hampir ditutup oleh satpam.
"pak
jangan dulu di tutup pak !" teriak aku dari jauh
kami
berlari sekuat tenaga, satpam melambaikan tangannya seperti berkata
'cepet-cepet'. gerombolan itu tepat dibelakang kami sekarang, ketika sudah
dekat gerbang aku dan Rafid langsung melompat keluar. ketika kami sudah
benar-benar di luar, satpam langsung menutup gerbang dengan rapat. untung saja
kami sedikit lebih cepat dari gerombolan itu, kalau tidak mungkin kami akan
digigit habis.
Silakan berkomentar dengan kata-kata yang sopan, dilarang berkomentar untuk promosi, mencacimaki, dan mengeluarkan kata-kata kotor EmoticonEmoticon